Hawalah
itu apa sih?????
Ternyat menurut bahasa hawalah atau hiwalah
bermakna berpindah atau berubah. Dalam hal ini terjadi perpindahan tanggungan
atau hak dari satu orang kepada orang lain. Dalam istilah para fukoha hawalah
adalah pemindahan atau pengalihan penagihan hutang dari orang yang berhutang
kepada orang yang menanggung hutang tersebut.
Batasan
ini dapat digambarkan sebagai berikut. Misalnya A meminjamkan sejumlah uang
kepada B dan B sebelumnya telah meminjamkan sejumlah uang kepada C. Untuk lebih
menyederhanakan persoalan, kita asumsikan bahwa hutang C pada B sama jumlahnya
dengan hutang B pada A. Ketika A menagih hutang kepada B, ia mengatakan kepada
A bahwa ia memiliki piutang yang sama pada C. Karena itu B memberitahukan
kepada A dan ia dapat menagihnya kepada C dengan catatan ketiga-tiga orang itu
menyepakati perjanjian hawalah dahulu.
Landasan Syariah Akad Hawalahnya ada lhoo,,,
baca baca nihh….
baca baca nihh….
Pengalihan penagihan hutang ini dibenarkan oleh syariah
dan telah dipraktekkan oleh kaum Muslimin dari zaman Nabi Muhammad ZAW sampai
sekarang. Dalam al-Qur’an kaum Muslimin diperintahkan untuk saling tolong
menolong satu sama lain, lihat al-Qur’an : 5: 2. Akad hawalah merupakan suatu
bentuk saling tolong menolong yang merupakan manifestasi dari semangat ayat
tersebut.
1. As-Sunnah.
Rasulullah SAW bersabda : ” Menunda-nunda pembayaran hutang dari orang yang mampu membayarnya adalah perbuatan zalim. Dan apabila salah seorang dari kamu dipindahkan penagihannya kepada orang lain yang mampu, hendaklah ia menerima.” H. R. Ahmad dan Abi Syaibah. Semangat yang dikandung oleh hadis ini menunjukkan perintah yang wajib diterima oleh orang yang dipindahkan penagihannya kepada orang lain. Karena itu menurut Imam Ahmad dan Dawud adh-Dhohiri orang yang dipindahkan hak penagihannya wajib menerima akad hawalah. Hanya saja jumhur ulama tidak mewajibkan hal itu dan menakwilkan kata perintah dalam hadis ini mempunyai kedudukan hukum sunnah atau dianjurkan saja, bukan sebagai suatu kewajiban yang harus diikuti.
Rasulullah SAW bersabda : ” Menunda-nunda pembayaran hutang dari orang yang mampu membayarnya adalah perbuatan zalim. Dan apabila salah seorang dari kamu dipindahkan penagihannya kepada orang lain yang mampu, hendaklah ia menerima.” H. R. Ahmad dan Abi Syaibah. Semangat yang dikandung oleh hadis ini menunjukkan perintah yang wajib diterima oleh orang yang dipindahkan penagihannya kepada orang lain. Karena itu menurut Imam Ahmad dan Dawud adh-Dhohiri orang yang dipindahkan hak penagihannya wajib menerima akad hawalah. Hanya saja jumhur ulama tidak mewajibkan hal itu dan menakwilkan kata perintah dalam hadis ini mempunyai kedudukan hukum sunnah atau dianjurkan saja, bukan sebagai suatu kewajiban yang harus diikuti.
2. Ijma’
Pada prinsipnya para ulama telah sepakat dibolehkannya akad hawalah ini. Hawalah yang mereka sepakati adalah hawalah dalam hutang piutang bukan pada barang konkrit.
Pada prinsipnya para ulama telah sepakat dibolehkannya akad hawalah ini. Hawalah yang mereka sepakati adalah hawalah dalam hutang piutang bukan pada barang konkrit.
Jangan lupa sama Rukun Hawalahnya…
Menurut madzhab Hanafi rukun hawalah ada dua
yaitu ijab yang diucapkan oleh Muhil dan qobul yang diucapkan oleh Muhal dan
Muhal alaih. Sedangkan menurut jumhur ulama rukun hawalah ada enam macam yaitu:
1. Muhil ( orang yang memindahkan penagihan yaitu orang yang berhutang).
2. Muhal ( orang yang dipindahkan hak penagihannya kepada orang lain yaitu orang yang mempunyai piutang). 3. Muhal alaih ( orang yang dipindahkan kepadanya objek penagihan).
4. Muhal bih (hak yang dipindahkan yaitu hutang).
5. Piutang Muhil pada Muhal alaih.
6. Shighot.
1. Muhil ( orang yang memindahkan penagihan yaitu orang yang berhutang).
2. Muhal ( orang yang dipindahkan hak penagihannya kepada orang lain yaitu orang yang mempunyai piutang). 3. Muhal alaih ( orang yang dipindahkan kepadanya objek penagihan).
4. Muhal bih (hak yang dipindahkan yaitu hutang).
5. Piutang Muhil pada Muhal alaih.
6. Shighot.
Dalam contoh di atas Muhil adalah B, Muhal adalah
A dan Muhal alaih adalah C. Dalam akad hawalah Ijab yang diucapkan oleh Muhil
mengandung pengertian pemindahan hak penagihan, umpamanya ia berkata kepada A :
Aku pindahkan (hawalahkan) hak penagihanmu terhadap hutang saya kepada C.
Sementara itu A dan C menyetujui dengan mengucapkan ” Kami setuju”. Dengan
demikian akad hawalah tersebut dapat dilaksanakan dengan masing-masing pihak
puas dan rela.
Syarat-Syarat Hawalah
Persyaratan hawalah ini berkaitan dengan Muhil,
Muhal, Muhal Alaih dan Muhal Bih. Berkaitan dengan Muhil, ia disyaratkan harus,
pertama, berkemampuan untuk melakukan akad (kontrak). Hal ini hanya dapat
dimiliki jika ia berakal dan baligh. Hawalah tidak sah dilakukan oleh orang
gila dan anak kecil karena tidak bisa atau belum dapat dipandang sebagai orang
yang bertanggung secara hukum. Kedua, kerelaan Muhil. Ini disebabkan karena
hawalah mengandung pengertian kepemilikan sehingga tidak sah jika ia
dipaksakan. Di samping itu persyaratan ini diwajibkan para fukoha terutama
terutama untuk meredam rasa kekecewaan atau ketersinggungan yang mungkin
dirasakan oleh Muhil ketika diadakan akad hawalah.
Persyaratan yang berkaitan dengan Muhal. Pertama,
Ia harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan kontrak. Ini sama dengan syarat
yang harus dipenuhi oleh Muhil. Kedua, kerelaan dari Muhal karena tidak sah
jika hal itu dipaksakan. Ketiga, ia bersedia menerima akad hawalah.
Persyaratan yang berkaitan dengan Muhal Alaih.
Pertama, sama dengan syarat pertama bagi Muhil dan Muhal yaitu berakal dan
balig. Kedua, kerelaan dari hatinya karena tidak boleh dipaksakan. Ketiga, ia
menerima akad hawalah dalam majlis atau di luar majlis.
Jenis-jenis Hawalah
Ada dua jenis hawalah yaitu hawalah muthlaqoh dan
hawalah Muqoyyadah. Hawalah Muthlaqoh terjadi jika orang yang berhutang (oarang
pertama) kepada orang lain ( orang kedua) mengalihkan hak penagihannya kepada
pihak ketiga tanpa didasari pihak ketiga ini berhutang kepada orang pertama.
Jika A berhutang kepada B dan A mengalihkan hak penagihan B kepada C, sementara
C tidak punya hubungan hutang pituang kepada B, maka hawalah ini disebut
Muthlaqoh. Ini hanya dalam madzhab Hanafi dan Syi’ah sedangkan jumhur ulama
mengklasifikasikan jenis hawalah ini sebagai kafalah.
Hawalah Haq
Hawalah ini adalah pemindahan piutang dari satu
piutang kepada piutang yang lain dalam bentuk uang bukan dalam bentuk barang.
Dalam hal ini yang bertindak sebagai Muhil adalah pemberi utang dan ia
mengalihkan haknya kepada pemberi hutang yang lain sedangkan orang yang
berhutang tidak berubah atau berganti, yang berganti adalah piutang. Ini
terjadi jika piutang A mempunyai hutang kepada piutang B.
Hawalah Dayn
Hawalah ini adalah pemindahan hutang kepada orang lain yang mempunyai hutang
kepadanya. Ini berbeda dari hawalah Haq. Pada hakekatnya hawalah dayn sama
pengertiannya dengan hawalah yang telah diterangkan di depan.
Kedudukan Hukum Hawalah
Pertama, jika hawalah telah disetujui oleh semua pihak maka tanggungan Muhil
menjadi gugur dan ia kini bebas dari penagihan utang. Demikian menurut jumhur
ulama. Kedua, dengan ditandatanganinya akad hawalah, maka hak penagihan Muhal
ini telah dipindahkan kepada Muhal alaih. Dengan demikian ia memiliki wilayah
penagihan kepadanya.
Ini landasan hadistnya asli lhoo ……
No.
Hadist: 2394 | Sumber: Ibnu Majah
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الظُّلْمُ مَطْلُ
الْغَنِيِّ وَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيءٍ فَلْيَتْبَعْ
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah
menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang kaya yang menunda-nunda
membayar hutang adalah zhalim, dan jika hutang salah seorang dari kalian
dipindahkan (kewajiban untuk membayar) kepada orang kaya hendaklah menerimanya."
Itu sekilas
tentang hawalah yang mana bisa saja kita alami di kehidupan sehari hari yang
nyata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar